Social Icons

Sunday, April 14, 2013

Akibat Semangat Yang Menggebu: Pingsan!

Tergerak oleh keinginan kuat untuk menjadi lebih baik, Rabu kemarin (11/4/2013) saya meminta adik sepupu dan kakak iparku untuk membantu membopong saya berdiri. Gerakan berdiri ini baru saya coba lakukan setelah 3 tahun menderita penyakit Myelitis Transversa. Penyakit yang telah membawa saya "menikmati" status baru sebagai penyandang disabilitas. Ya, penyakit ini telah membuat saya menjadi lumpuh dari kaki hingga dada.

Walaupun sudah 3 tahun lumpuh, saya terus berusaha dan berdoa agar sekiranya mungkin saya bisa normal kembali atau setidaknya bisa beraktifitas sendiri tanpa banyak tergantung pada orang lain. Berbagai terapi/fisioterapi yang dirasa bisa membantu terus kulakukan. Saya terus berusaha walaupun mungkin terasa mustahil bagi orang lain, medis sekalipun. Saya berprinsip ketika seseorang berhenti berusaha dan berharap maka tamtlah hidup ini.

Menjadi "manusia setengah badan" bukan perkara mudah. Nyaris mutlak tergantung pada orang lain dalam berbagai aktifitas fisik. Ini menjadi beban sekaligus motivasi bagi saya untuk terus berusaha menjadi pribadi yang semandiri mungkin. Latihan fisik yang mungkin bisa kulakukkan terus kucoba walaupun untuk melaksanakan itu saya harus melalui ujian-ujian berat. Nyeri otot, sakit sendi, sesak napas dan lain-lain adalah menu utama yang harus berani ku "santap."

Selama ini, kegiatan fisik mandiri yang kulakukan hanya sebatas menggerakkan dan memperkuat bagian atas tubuh yang tidak lumpuh, baik itu dilakukan sambil baring maupun di atas kursi roda. Sejak awal terkena penyakit ini saya seperti bayi yang mulai latihan menggerakkan organ tubuh. Mulai dari menggerakkan leher, menggerakkan jari dan tangan, memperkuat otot lengan hingga berlatih kekuatan napas. Orang lainlah yang membantu menggerakkan kaki-kaki dengan mempraktekkan gerakan fisioterapi yang diajarkan fisioterapist.

Pada dasarnya saya adalah orang dengan jiwa mandiri yang kuat maka ketika mengalami sakit yang mengharuskanku banyak bergantung pada orang lain membuat jiwaku memberontak. Tak ingin kuterus bergantung pada orang lain. Saya terus berusaha melatih kekuatan organ-organ tubuh walaupun dalam keterbatasan alat bantu dan lain-lain.

Karena begitu kuatnya dorongan itulah, saya meminta untuk dibopong berdiri walaupun kakiku mati rasa dan tidak bisa digerakkan. Pikirku, dengan mencoba dibopong untuk berdiri pasti ada rangsangan terhadap saraf kedua kakiku dan secara psikis juga saya bisa mensugesti diri bahwa saya bisa berdiri. Mungkin...

Saat dibopong berdiri itulah hal yang tidak kupikirkan terjadi. Baru beberapa detik penglihatanku menjadi kabur, kesadaran menurun drastis, wajahku terlihat berubah pucat. Saya nyaris pingsan! Mereka yang saat itu membopongku segera menyadari perubahan medadak pada diriku dan bergegas membaringkanku dalam posisi terlentang bebas. Sesaat kemudian saya merasa kembali normal.

Yang saya rasakan saat dibopong bukan kesakitan di otot, nyeri sendi atau sesak napas tapi saya merasakan seperti beban yang amat berat menggantung di kedua kakiku. Tubuhku seperti menahan beban beratus kilo yang membebani. Akhirnya karena tak sanggup menahan beban itulah saya nyaris pingsan. Padahal bila melihat kembali sejarah saya mederita Myelitis Transversa, saya pernah merasa tidak punya kaki selama beberapa bulan, tidak ada rasa apa-apa di sana, kosong!

Entah ini gejala apa, yang pasti ini untuk pertama kali saya mencoba berdiri setelah 3 tahun. Mungkin fisikku belum terbiasa dengan posisi tubuh ini yang mana selama ini saya hanya berbaring dan duduk di kursi roda. Tubuhku belum terbiasa berada dalam posisi tegak, butuh adaptasi.

Baru kali ini saya mencoba berdiri sedangkan pingsan bukanlah kali pertama kualami. Dulu setelah sekitar 5 bulan sakit dan kondisi kritis sudah dilewati, saya pernah pingsan ketika mencoba gerakan baru. Saat itu, saya belum kuat untuk duduk di kursi roda walaupun cuma semenit. Nah, karena ingin mencoba duduk saya pingsan di atas kursi roda setelah beberapa detik digendong ke sana. Karena fisikku belum sekuat sekarang maka efek yang ku rasa saat itu sangatlah berat. Selain pingsan, kepalaku pusing, jantug berdebar kencang, napasku pun sesak untuk beberapa saat dan juga tulang belulangku seperti terlepas. Maut seolah mengintai!

Namun sesudah itu, dengan terus berlatih akhirnya perlahan-lahan saya bisa duduk di kursi roda hingga tidak menjadi masalah lagi saat ini walaupun duduk berjam-jam.

Dengan pengalaman kemarin apakah harus menciutkan nyaliku untuk terus berlatih? TIDAK! Saya akan terus berlatih, mungkin tubuhku saja belum siap "menerima kenyataan" untuk berdiri. Saya hanya terbawa semangat yang menggebu sehingga tidak memperhitugkan kemungkinan yang terjadi. Saya terlalu gegabah tanpa mempertimbangkan tahapan-tahapan sebelum saya harus berdiri. Saya akan terus berlatih untuk menjadi lebih baik. Tantangan ini harus kujadikan sebagai pelajaran berharga. Pengalaman hidup mengajariku untuk menghargai proses pembentukan dan tidak mudah menyerah.

Dalam usaha seperti ini sering ditemui dua jenis pendapat yang bertolak belakang, tergantung mana yang kita pilih untuk jalani. Kedua pendapat itu adalah yang pertama berkata, "Ayo! Berani untuk latihan dan mencoba jangan manjakan tubuh!" sedangkan yang lain berkata, "Jangan paksa diri, semua ada waktunya, awas kondisinya menjadi lebih buruk!"

Perjuangan ini memang berat tapi saya tak mau menyerah, saya harus terus berusaha dengan lebih mempertimbangkan segala kemungkinan. Ketika saya telah berusaha menjalankannya hingga batas kemampuan, maka selanjutnya biarlah Tuhan yang menyelesaikan bagiku. Yang bisa saya lakukan tentu tidak sempurna, mujizat Tuhan-lah yang akan menyempurnakan. Bukankah berdoa tanpa berusaha adalah suatu kesia-siaan? Saya yakini itu! Ketika satu cara terasa mustahil, disaat itu Tuhan sedang menyediakan cara lain. Yang dibutuhkan dariku adalah terus brusaha dan mencoba menemukan jalan yang telah Dia persiapkan itu.

Esensi dan sumber kebahagiaan dari sebuah perjuangn hidup bukan terletak pada hasil yang dicapai tetapi bagaimana kita menghargai dan menikmati proses menuju hasil yang kita inginkan itu.


"Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya." (1 Korintus 10:13).


2 comments:

  1. Elkana Goro Leba

    semangat k Pieter.
    Tuhan punya rencana atas semua yang terjadi.

    ReplyDelete