Social Icons

Sunday, April 28, 2013

Cermin: Don't Judge a Book by Its Cover

Ada sepasang suami isteri yang usianya sudah kakek-nenek tinggal di sebuah kota kecil. Mereka hidup sangat sederhana dan sangat baik hati. Aktifitas sang kakek sehari-hari adalah menjaga taman wisata alam yang letaknya sekitar 3 Km dari kota,  berada agak ditengah hutan yang cukup lebat. Taman wisata itu dirawat dengan baik oleh sang kakek sehingga pohon-pohonnya tetap rimbun, sekilas kita akan mengira taman itu adalah hutan karena kerimbunan pohon-pohonnya tidak berbeda dengan hutan sekitar. Sambil merawat taman itu, ketika sepi pengunjung sang kakek masuk hutan mengumpulkan kayu bakar yang nantinya dijual ke warga kota untuk menambah biaya hidup menopang gajinya yang tidak seberapa sebagai penjaga taman.

Sedangkan sang nenek sehari-hari merawat sebidang kebun mereka yang terletak di pinggiran hutan, jaraknya cuma sekitar 1 Km dari kota tapi searah dengan jalan menuju taman wisata alam tempat sang kakek bekerja. Tanaman obat yang ditanam sang nenek sering membantu warga sekitar yang sedang mengalami sakit. Sang kakek dan nenek sangat pintar meramu tanaman itu menjadi obat tradisional mujarab. Ramuan mereka sering membantu penanganan darurat sebelum ditangani tenaga medis bahkan ada warga yang lebih memilih obat-obatan tradisional ramuan sang kakek dan nenek dibanding obat-obatan medis. Semua itu dilakukan keduanya tanpa meminta imbalan sepeserpun.

Setiap hari sang kakek dan nenek berjalan kaki bersama-sama ke tempat kerja mereka. Biasanya kakek sendirian melanjutkan perjalanan ke tempat wisata setelah sang nenek tiba di kebun. Sore harinya kakek akan kembali dan singgah ke kebun untuk menjemput nenek lalu berjalan berdua pulang ke rumah.

Kebaikan hati dan kesederhanaan sang kakek dan nenek sangat dikenal oleh warga kota itu. Mereka berdua sangat menikmati aktifitas harian mereka.

Jalan menuju kebun dan taman yang selalu dilewati itu sebenarnya adalah jalan raya yang menghubungkan kota itu dengan kota tetangga. Setiap hari tidak seberapa kendaraan lalu lalang. Konturnya cukup rata namun alinyemen jalannya berkelok-kelok karena menghindari batu-batu besar yang banyak terdapat di hutan itu.

Kontur yang rata membuat pegemudi sering memacu kendaraannya dengan kencang namun jalan yang berkelok mengakibatkan pengemudi sering kurang kontrol dan terjadi kecelakaan tunggal.

Suatu ketika di sore hari saat sang kakek sedang dalam perjalanan pulang, ada seorang pemuda yang mengalami kecelakaan tidak jauh dari tempat si kakek berada. Dia pemuda dari kota lain. Bergegas si kakek datang menolong. Melihat sang kakek, pemuda itu kaget tidak karuan, ia mengira si kakek adalah makhluk halus penjaga hutan. Dengan menahan rasa sakit akibat luka lecet yang dialami ia lari terbirit-birit meninggalkan sang kakek dan sepeda motornya menuju kota terdekat sambil berteriak meminta tolong.

Sang nenek yang lagi menunggu kakek pulang mendengar teriakan si pemuda bergegas pula menuju sumber suara. Si pemuda semakin kaget melihat sang nenek. Ia mengira sang nenek juga adalah makhluk halus lain penjaga hutan itu. Karena rasa takut yang amat sangat si pemuda akhirnya jatuh pingsan.

Kakek dan nenek kemudian merawat si pemuda bersama beberapa orang yang kebetulan melintas hingga sadar.

Ketika siuman, si pemuda kaget karena ternyata kakek dan nenek tadi adalah manusia yang sangat dikenal baik hati dan suka menolong. Dirinya saja yang terlalu cepat berpikiran negatif terhadap mereka ketika melihat tampang mereka yang renta.

Si pemuda terbawa pendapat umum dan sinetron-sinetron televisi yang selalu menggambarkan bahwa hutan adalah tempat tinggal makhluk halus yang biasanya berupa kakek nenek tua renta. Ia dihantui ketakutan dan pandangan negatif sendiri terhadap kakek dan nenek sehingga menutupi kenyataan bahwa kakek dan nenek tadi adalah 'malaikat' yang dikirim untuk menolongnya.

Sering kita menilai seseorang dari tampilannya saja. Ketika seseorang menjuarai kontes kecantikan, kita mengira dia telah memenuhi kriteria 3B (beauty, brain dan behavior) namun kenyataannya ia hanya seorang koruptor. Ketika kita melihat seorang anak kecil dari desa kita menilai bahwa dia hanya akan bisa menjadi pembantu padahal sebenarnya dia adalah anak yang bertalenta unik. Ketika kita melihat seseorang menggunakan kendaraan pribadi, kita mengira dia adalah seorang pekerja keras padahal kenyataan kendaraan yang dipakainya adalah hasil curian. Ketika kita melihat seorang pengguna kursi roda kita menilai dia hanya bisa didalam rumah padahal ada potensi diri yang bisa membawanya sampai ke ujung dunia. Ketika kita melihat seorang siswa meraih nilai raport yang tinggi kita menilai dia rajin belajar padahal itu hasil contekan dan lain-lain.

Ada sebuah artikel (diklaim hanya iseng) yang tersebar luas di internet, isinya membandingkan pria tampan dan pria jelek. Penulis artikel itu menggambarkan bahwa apapun yang dilakukan pria ganteng pasti dinilai positif oleh para wanita, sebaliknya apa yang dilakukan pria jelek pasti dinilai negatif. Terlepas dari apakah artikel itu ditulis untuk tujuan serius atau sekedar iseng namun bisa menggambarkan dengan jelas bahwa kita sering menghakimi seseorang dari penampilan luarnya. Penampilan bagus langsung dipuji, penampilan jelek langsung dicemooh.

Ketika kita menilai seseorang dari tampilan luarnya, kita hanya akan melihat bayangan SEMU pribadi tersebut sebaliknya ketika kita menilai seseorang atas dasar karakternya kita akan melihat bayangan NYATA siapa sebenarnya orang itu.

No comments:

Post a Comment