Jam itu tak lelah menghitung detiknya.
Obat-obatan tak jenuh dihanyutkan ke tenggorokan.
Sang ranjang tak penat menopang tubuh yang lunglai.
Pintu berseru mengajak keluar-masuk.
Angin menantang berkeliling dunia.
Mentari terbenam membawa kisah lalu terbit mengabari harapan.
Friday, August 24, 2012
Sunday, August 12, 2012
Pesan Terakhir Mama : Berdoalah Selalu, Tuhan Menyayangi Kita
Dokumentasi terakhir bersama mama di ICU RSUD WZ Johannes Kupang, dini hari 18 Juni 2010 (Foto: Mesa Noenoehitoe). |
Pagi itu, Kamis (26/8/2010), sekitar pukul 10.00 Wita, seorang wanita tua berumur 65 tahun berbadan kecil masuk ke ruangan tempat aku dirawat, ruangan 2A Bougenvil RSU WZ. Yohanes Kupang. Nampak mukanya pucat, terlihat jelas kalau ia sedang menahan sakit tapi ia memaksakan diri untuk datang menjengukku yang sudah 4 bulan terbaring di Rumah Sakit ini. Ia kemudian duduk di samping ranjang dan bertanya tentang kondisiku, maklum sudah beberapa waktu belakangan ia tidak bisa menjengukku karena ia juga harus berjuang melawan penyakitnya. Setelah menjelaskan kondisiku yang aku rasa semakin baik, aku balik bertanya tentang kondisinya pula. Ia bercerita tentang banyaknya obat yang harus diminum dan napasnya yang kadang terasa sesak pada suhu lingkungan tertentu.
Hari itu ia harus ke Rumah Sakit dalam rangka kontrol wajib di poliklinik mengingat baru seminggu yang lalu ia diopname karena penyakit paru-paru basah. Ia lantas menyempatkan diri menjengukku.
Subscribe to:Posts (Atom)