Social Icons

Friday, October 11, 2013

Dari Liga Tarkam Yabes Menembus Timnas, Sebuah Cambuk Bagi PSSI NTT


Foto saat Yabes Roni Malaifani membela PS KDP
sebuah klub asal kampungnya Morram (Moru)
Kecamatan Alor Barat Laut.
(Doc. Leader Ismail/Facebook).

Yabes Roni Malaifani pemain debutan Timnas U-19 yang mencetak gol kedua Indonesia ke gawang Filipina dalam pertandingan kualifikasi Piala Asia di Gelora Bung Karno Kamis (10/10) adalah seorang remaja dari Kecamatan Alor Barat Daya (ABAD) Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT). Yabes adalah pemain hasil "blusukan" pelatih Timnas U-19 Indra Sjafrie ke Kabupaten "nusa kenari" itu.

Indonesia tentu tidak akan bersorak gembira malam tadi seandainya Pelatih Indra Sjafrie tidak langsung turun ke Alor tapi mengharapkan sodoran nama dari PSSI NTT. Yabes bukanlah pemain yang dihasilkan melalui turnamen El Tari Memorial Cup, ajang sepak bola paling bergengsi tingkat Provinsi NTT atau turnamen resmi lain di NTT tapi dari liga tarkam (antar kampung).

"Saat bermain di liga tarkam, tidak ada latihan. Di sana langsung bertanding," ujar Yabes kepada Viva News mengenang awal karier sepakbolanya. Sebuah gambaran bagaimana Yabes menembus Timnas hanya dengan bakat alamiahnya.

Indra Sjafrie memberi kita bukti bahwa bakat-bakat itu ada hanya saja sistim pembinaan dan perekrutan pemain oleh PSSI NTT untuk menembus Timnas belum efektif. Masih banyak pemain berbakat di kampung-kampung yang belum tersentuh.

Keberadaan Yabes seharusnya menjadi cambuk bagi PSSI NTT untuk mengevaluasi sistim pembinaannya saat ini. Luasnya daerah menyebabkan tidak semua pelatih bisa menjangkau daerah-daerah terpencil untuk menemukan pemain berbakat. Tidak semua pelatih berkesempatan dan mau untuk blusukan kesana kemari mencari pemain seperti yang dilakukan Indra. Pemain bertalenta di daerah-daerah hanya tumbuh mengandalkan kemampuan alaminya sambil berharap ada "malaikat" yang datang menemukan.

PSSI harus giat memfasilitasi agar mutiara-mutiara terpendam memiliki kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya. Pembinaan yang lebih mengutamakan kedekatan dan faktor lain bukan prestasi harus dibuang jauh.

Mulailah membangun skema pembinaan yang profesional agar terjaring pemain-pemain yang bukan hanya memiliki bakat alamiah tapi juga memiliki skill yang dibentuk secara teratur. Jalur pembinaan dari yunior hingga senior harus ditata dengan baik. Begitu pula struktur kompetisi dari desa-kecamatan-kabupaten hingga provinsi harus dikelola dengan jelas. Dengan demikian, mereka-mereka yang berhasil sampai ke level teratas benar-benar sudah terasah melalui jenjang kompetisi yang jelas dan terbuka. Mudah pula bagi PSSI memantau perkembangan dan mengidentifikasi masalah-masalah yang menghalangi.

Jangan biarkan momentum ini hanyalah akan menjadi kenangan, PSSI NTT harus segera berbenah agar secara reguler muncul Yabes-Yabes baru. Jangan hanya bisa berbicara sampai Divisi II Liga Indonesia sebagaimana pencapaian terbaik NTT selama ini.

No comments:

Post a Comment