Social Icons

Sunday, July 24, 2011

MRI (Magnetic Resonance Imaging)

Senin pagi 11 Juli 2011, pukul 10.42 WIB mobil Suzuki APV yang dikemudikan Kak Agung perlahan memasuki gerbang belakang Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya. Hari ini saya akan menjalani booster ke-6 dari 12 kali booster yang direncanakan. Sudah 6 bulan saya menjalani terapi ini. Tiap bulan harus disuntik 6 botol @ 50 ml obat imuno globulin bermerk Gamaraas. Ini dIlakukan untuk memerangi penyakit Myellitis transversa yang sudah saya derita 1 tahun 3 bulan terakhir. Rencananya bulan ini dievaluasi untuk mengetahui kemajuan pengobatan selama ini. Untuk evaluasi ini, salah satu pemeriksaan yang penting adalah MRI.

Sesampainya di ruangan perawatan 15 menit kemudian, sambil mnunggu adik saya Zadrak, yang selalu setia merawatku, mengurusi administrasi, terbesit keingintahuan yang mendalam tentang apa itu MRI? Awalnya saya berpikir, ngapain saya mesti susah-susah cari jawabannya? Toh, palingan jawaban yang didapat juga berupa bahasa-bahasa medis yang sulit dimengerti, sama seperti pencarian saya terhadap istilah medis lain. Maklum saya orang Teknik sipil yang kebanyakan hubungannya dengan angka, rumus & gambar. He.he.

Tapi kali ini keingintahuan memaksaku mengambil HP dan online. Dari browsing internet saya dapati bahwa pemeriksaan MRI (Magnetic resonance imaging) adalah sebuah pemeriksaan radiologi menggunakan prinsip magnetisasi tanpa operasi, sinar X maupun zat radioaktif. Medan magnet digunakan untuk proses magnetisasi ion hidrogen tubuh dan dengan gelombang radio dipancarkan ke komputer untuk mendapatkan gambar bagian tubuh yang hendak diperiksa. MRI dapat menggambarkan dengan jelas dan kontras berbagai organ tubuh seperti organ pencernaan, jantung, sumsum tulang belakang, susunan syaraf dan lain-lain. Hasilnya lebih jelas dibanding rontgen maupun CT-Scan. MRI membantu dokter untuk dapat menetapkan dengan tepat diagnosa sebuah penyakit.

MRI adalah penemuan yang spektakuler dalam dunia kesehatan oleh dr. Raymon Damadian bersama 2 rekannya Minkoff dan Goldsmith. Pertama kali diaplikasikan tanggal 03 Juli 1977, setelah melewati 7 tahun penelitian. Saat itu proses pemeriksaan MRI bisa mencapai 5 jam. Dengan penyempurnaan, kini MRI cuma butuh waktu 45 – 90 menit.

Karena menggunakan medan magnet maka pengaruhnya hanya bagi mereka yang memiliki alat bantu logam dalam tubuhnya seperti gigi palsu, alat pacu jantung dan lain-lain. Alat bantu dari logam bisa bergeser oleh efek magnet yang kuat sehingga membahayakan pasien. Saya tidak mendapati informasi lain mengenai efek sampig alat ini. Alat ini berupa 'lorong' sempit berdiameter sekitar 60 cm, pasien dimasukkan dengan berbaring di tempat tidur khusus. Jadi bagi mereka yang fobia dengan ruangan sempit mesti ditenangkan sebelum menjalani pmeriksaan. Pengalaman saya dari pemeriksaan dengan alat MRI, suara bising yang muncul dari alat ini selama pemeriksaan juga membuat kepala menjadi pusing.

Inilah ringkasan hasil pencarianku tentang MRI. Saatnya siap di-MRI lagi untuk mengetahui perkembangan syaraf-syaraf tulang belakangku sambil berharap semoga alat ini segera ada di Rumah Sakit-Rumah Sakit Kupang. MRI sangat membantu kerja dokter terutama menghindari kesalahan diagnosa sebuah penyakit.



No comments:

Post a Comment