Social Icons

Wednesday, August 31, 2011

MAMA

Mengenang mama tercinta, banyak hal indah yang takkan ku lupakan. Hal-hal luar biasa telah dibuat Mama yang tak mungkin dapat dibuat oleh siapapun bagiku. Satu tahun kepergian mama ke sisiNya, ingin kutulis beberapa kenanganku tentang Mama, terutama kenangan masa kecil.

- Mama-lah yang pertama mengajariku menulis angka dan huruf ketika berumur sekitar 3-4 tahun (mungkin juga sebelum itu tapi tidak saya ingat). A sampai Z, 0 sampai 9 Mama yang ajari. “Naik tipis, turun tebal”, filosofi cara menulis indah yang Mama tanamkan yang nantinya kupakai di SD. Tulisan tangan Mama indah sekali dan ia mengajariku untuk bisa menulis dan juga memliki huruf yang indah. Kini, filosofi ini sudah banyak tergantikan dengan tuts komputer maupun HP. Walaupun sampai akhir hidupnya Mama tidak bisa mengoperasikan HP dan komputer naumun kubangga karena semua yang kutahu kini berawal dari Mama.

- Mama adalah orang pertama yang mengajari cara berhitung. Operasi matematika dasar yaitu Kali, Bagi, Tambah dan Kurang diajarkan dengan sangat sederhana dan sabar. Mama tidak mengajariku memahami matematika dengan sempoa atau kalkulator tapi menggunakan patahan-patahan lidi. Sederhana namun mendidik.

- Mama-lah orang pertama yang mengenalkan padaku permainan catur dan kartu. Mama mengajariku bagaimana melangkahkan pion, benteng, kuda, gajah, menteri dan raja. Dengan permainan kartu yang diajarkan aku belajar berpikir dan lebih mahir megenal angka. Kedua permainan ini juga mengajariku berpikir kritis dan taktis.

- Walau belum bersekolah, Mama sudah mengajari saya untuk bisa mencari dan menemukan nas Alkitab sendiri. Nama kitab, pasal dan ayat Alkitab diajarkan Mama segera setelah saya mengenal huruf dan angka.

- Mama yang pertama mengajariku tentang solmisasi. Aku mengenal not, syair, ketukan, oktaf dan lain-lain dari Mama. Walaupun sekarang sudah banyak yang dilupakan dan tidak pintar nyanyi (nyanyi pun fals. He.he.). Setidaknya saya bisa mengatasi soal-soal kesenian di sekolah. Lagu-lagu anak-anak yang Mama ajarkan misalnya : burung kakak tua, satu-dua-tiga-empat, satu-satu aku sayang mama, lima roti dan dua ikan, Bartimeus yang buta, saya naik kereta api dan lain-lain.

- Walaupun Mama hanya mengenyam pendidikan sampai kelas 3 SR (Sekolah rakyat = SD jaman dulu) namun pandangannya terhadap pendidikan sudah sangat maju. Sejak kecil mama sudah menanamkan semangat belajar kepada kami anak-anaknya untuk terus mengejar ilmu setinggi mungkin. Ini terbukti dari delapan orang anaknya, enam orang bergelar Sarjana, satu orang Diploma III dan satu orang tamatan PGA-KP (setingkat SMA). Biasanya sebelum kami lanjut ke level studi yang lebih tinggi Mama selalu berkata, “Sebaiknya kamu tidak usah lanjut sekolah saja, entar juga kamu tidak selesai kayak anak-anak yang lain…” (kadang disertai omelan, he.he.). Belakangan baru kami sadar kalau maksud pernyataan mama bukanlah agar anak-anaknya tidak usah bersekolah namun supaya keinginan bersekolah itu sungguh-sungguh muncul dari hati yang bersangkutan bukan paksaan orang tua. Pilihan studi sepenuhnya hak kami anak-anak, orang tua hanya membiayai dan mengontrol. Terima kasih Mama, semangatmu akan kami teruskan.

- Harus aku akui bahwa Mama menerapkan prinsip 'di ujung rotan ada emas'. 'Rotan' selalu tersedia setiap kali penerimaan rapor dan nilainya merah, melawan orang tua atau ketahuan nakal di sekolah dan tempat bermain. Prinsip Mama, rotan tidak akan lepas sampai usia
SMA. Sesudah SMA kami di anggap sudah dewasa dan terbebas dari rotan.

Satu tahun lalu (31/8/2010) Mama meninggal setelah sempat dirawat karena penumpukan cairan paru-paru/paru-paru basah sehingga 1,5 liter cairan harus disedot dari paru-parunya. Satu hal yang membuatku selalu sedih setiap kali mengingat Mama yakni beliau pergi untuk selama-lamanya hanya 12 jam setelah saya diijinkan dokter keluar dari rumah sakit. Waktu itu sudah 4 bulan saya dirawat karena menderita Myellitis Transversa yang awalnya didiagnosa sebagai Guillaine Barre Syndrom (GBS).

Terima kasih Mama… Cinta kasihmu tidak pudar dimakan waktu.. Kasihmu padaku tak terhingga walau fisik kita tak bersama lagi. Engkau pahlawan terbesar dalam hidupku…

Surabaya, 31 Agustus 2011