Social Icons

Monday, August 12, 2013

"Kenapa Dia Kuat Sedangkan Saya Lemah?"

Sharing tentang manfaat & kelebihan berasuransi Prudential,
Restoran Subasuka, Kupang, 19/9/2015 (ilustrasi | updated)
Hari Minggu (4/8/2013), Kak Elim bersama belasan orang pemuda dari desa tempat ia mengabdi, Oeteta menyempatkan diri datang mengunjungi saya. Kami sedikit bercerita tentang kunjungan saya ke desa mereka 3 tahun lalu yang mana hanya kurang dari 1 bulan kemudian saya sudah terjatuh sakit. Ada yang masih mengingat saat ketika kami datang itu namun kebanyakan mereka sepertinya tidak ingat. Dan yang pasti kami semua tidak saling mengenal, kecuali Indra yang sempat datang bersama kak Elim menjengukku ketika sudah sakit. Saya senang karena kedatanganku dulu sepertinya biasa saja namun ini bisa menjadi jalan Tuhan untuk selanjutnya kami bisa bertemu dan bisa saling menguatkan.

Dalam obrolan singkat kami siang itu, terlontar sebuah pertanyaan yang akhirnya mengusikku untuk menulis artikel ini.

Sebenarnya ini bukan pertama kali pertanyaan ini diajukan tapi sudah sering sehingga mungkin juga dengan tulisan ini, orang lain yang belum sempat menanyakannya pada saya bisa tau apa yang ada di hati dan perasaanku.

Pertanyaan itu adalah, "bagaimana kita bisa kuat dan tegar menghadapi berbagai tantangan hidup (penderitaan) yang selalu datang menerpa?"

Memberikan jawaban atas pertanyaan ini bukan pertanda saya orang yang sudah sangat kuat dan layak untuk membahasnya tetapi hanya sekedar berbagi dari pengalaman untuk saling menguatkan.

Bagi saya ini sebuah pertanyaan yang sederhana untuk dijawab tapi sangat sulit untuk dilakukan. Saking sulitnya, sering kita berharap jangan ada permasalahan yang datang menghampiri, sesuatu yang diharapkan terjadi adalah sesuai keinginan kita dan kalaupun ada tantangan sebaiknya yang "bisa saya hadapi." Kita berharap kejadian yang berat bagi orang lain yang mungkin lebih sanggup, sedangkan bagi kita sendiri sebaiknya yang mudah-mudah saja.

Setiap manusia tanpa kecuali pasti punya masalah, dari masalah kecil hingga masalah yang sudah terasa diluar kemampuan. Namun keinginan akan kehidupan yang nyaman membuat kita sering berharap kejadian yang dialami adalah yang sesuai keinginan kita saja, selalu berharap agar masalah-masalah ringanlah yang mendekat.

Kenyataannya adalah walaupun kita sering berharap demikian namun masalah itu pasti datang dari kecil sampai besar, di saat siap ataupun tidak. Masalah dalam bentuk penyakit, kecelakaan, kematian orang terkasih dan lainnya datang tidak memilih miskin/kaya, pria/wanita, anak kecil/orang dewasa dan lain-lain. Datangnyapun tidak bisa dihindari.

Nah, kalau semua orang bisa saja mengalami penderitaan kenapa bila diperhadapkan pada suatu masalah, ada orang yang kuat menghadapi itu sedangkan ada orang yang tak sanggup dan lari dari masalah itu? Ada orang yang tegar walaupun masalahnya berat sedangkan ada orang yang begitu mengeluh terhadap sebuah masalah ringan?

Inilah poinnya. Sanggup tidaknya seseorang menghadapi sebuah persoalan bukan tergantung pada jenis masalah yang dialami tapi sepenuhnya tergantung pada respon setiap pribadi menghadapinya. Sikap masing-masing pribadilah yang menentukan kuat tidaknya ia menghadapi sebuah masalah. Ini yang disebut sebagai "tanggapan internal."

Dalam buku Life Without Limits, Nick Fujicik, seorang yang terlahir tanpa kedua lengan dan tungkai, berkata:

"Kita tidak memiliki kuasa untuk mengontrol apa yang boleh terjadi pada kita tetapi kita dapat mengontrol bagaimana respon kita. Jika kita memiliki sikap yang benar, kita dapat bangkit mengatasi apapun tantangan yang kita hadapi. Optimisme akan menguatkan - memampukanmu mengontrol emosimu. Pesimisme memperlemah kemauanmu dan membiarkan keinginan hati mengontrol tindakanmu."

Senada, Yohan Candawasa dalam buku MenemukanMu dalam Kehilanganku menulis:

"Kita tidak dapat memilih situasi-situasi yang terjadi dalam perjalanan hidup kita. Kita tidak memegang kendali atas dunia ini. Tetapi tak ada yang dapat mengendalikan tanggapan kita terhadap apa yang terjadi atas diri kita. Tanggapan hati dan sikap kita semata-mata pilihan kita tanpa menghiraukan situasi di sekitar kita."

Tanggapan pribadi -entah positif ataupun negatif- terhadap sebuah masalah semisal tegar, gembira, menikmati, tertawa, menangis, sedih, patah hati, pasrah, hingga yang paling "seram" seperti bunuh diri, sepenuhnya dalam kendali dan pilihan masing-masing pribadi. Orang lain tidak bisa disalahkan atas tanggapan internal kita itu.

Seseorang akan menjadi kuat apabila tanggapan internalnya terhadap sebuah masalah tepat, benar dan sepenuhnya tunduk pada kedaulatan Allah, kecil besarnya masalah tidak penting. Orang yang kuat selalu mengandalkan Tuhan dan yakin bahwa kebesaran Tuhan melebihi segala masalah yang sedang ia hadapi. Ia tak mundur karena yakin bahwa ada Tuhan dibelakangnya yang siap menopang dan bila jatuh tak sampai terlentang. Ia akan tersenyum menghadapi duka karena penghiburan Tuhan ada dalam dirinya. Ia tak takut akan kematian karena mati dan hidup itu adalah rencana Tuhan, manusia tak bisa menolaknya. Ia segera bangkit dari keterpurukan karena selalu berharap akan pertolongan Tuhan.

Untuk hal ini, Joni Eareckson Tada memberi sebuah saran praktis, "Penderitaan membawa kita pada sebuah persimpangan, dan kita bisa memilih jalan menurun menuju keputusasaan atau jalan mendaki menuju bukit penuh harapan dengan menerapkan sikap untuk bersyukur. Kalau tidak ada satu aspekpun dalam situasimu yang bisa kau syukuri, berfokuslah pada hari-hari cerah di depanmu dan bersyukurlah untuk menyambutnya."
***

"Tuhan, jikalau lahir adalah menderita, tua adalah menderita, sakit adalah menderita, mati adalah menderita, itu berarti seumur hidup kami diberi kesempatan untuk menggunakan penderitaan kami untuk mengenal besarnya kasihMu dalam Kristus. Oleh karena itu beri kami hikmat agar setiap kesempatan itu tidak berlalu sia-sia apa lagi sampai membuat kami menjauhiMu. Inilah doa kami, kabulkanlah dalam nama PutraMu Yesus Kristus. Amin." (Yohan Candawasa).


No comments:

Post a Comment