(1). Galian proyek Bukit Fatu Han, 2020 | Dok. liputan4.com |
Disclaimer:
Jangan fokus ke orang-orangnya tapi fokuslah ke lingkungan sekitar. Beta sengaja memilih foto-foto ini karena angel-nya paling cocok dengan apa yg hendak beta bahas.
Keterangan Singkat:
Orang-orang pada foto pertama berdiri di salah satu sisi jalan raya lintas Batu Putih - Kolbano - Betun, sementara excavator beroperasi di bukit yg berada di seberang jalan itu (Juni 2020). Foto kedua menggambarkan kenangan garis pantai Fatu Un yg masih cukup alamiah (± 2009), letak jalan berada sekitar 5 m di sisi kiri foto ini.
Foto ketiga adalah google street view dari jalan ke arah pantai di sekitar tempat itu (± 2016), dan foto keempat adalah kondisi terakhir di lokasi yg sama April 2021.
*
(2). Mendung di pantai Fatu Un, 2009 | Dok. Pribadi |
Pertama, titik di mana orang-orang berdiri itu sekarang sudah terkikis abrasi karena pergeseran garis pantai hingga tahun ini sudah dekat sekali dengan pinggir jalan tersebut. Tumpukan pasir di gambar kedua sudah sonde ada lagi.
Kedua, bukit yg sementara digali itu adalah proyek bukit Fatu Han senilai 1,5 M kemarin & sudah mulai longsor sekarang.
Ironisnya adalah, air laut semakin mendekat dari arah pantai sedangkan longsoran mengancam dari arah gunung. Jalan semakin sempit! Mau lewat mana? 😁
Kontur bukit itu sangat terjal sehingga tidak mungkin menggali kaki bukit untuk memindahkan ruas jalan dimaksud. Menggali sama saja dengan membangunkan macan tidur (eh, bukankah macan sudah dibangunkan sejak proyek Bukit Fatu Han kemarin?).
Su rasa...?!!! 😂
(3). Pemandangan sekitar Fatu Un, ± 2016 | Dok. Google street view |
Mulai sekarang SETIAP TAHUN Pemda harus menyiapkan anggaran khusus untuk menangani kerusakan jalan di titik yg selama ini cukup aman itu. Dulu setiap 10 tahun sekali baru kejadian rob mencapai jalan saat musim timur, lalu, setelah badai mereda, garis pantai pasti menjauh lagi. Tapi sejak saat ini air laut bisa jadi meluap setiap tahun & semakin mengikis jalan itu (simak gambar 4).
Makin rumit... 🤔
Beta yakin, yg ada di pikiran pemerintah sekarang hanyalah membangun tanggul (semoga ada ide lain yg out of the box). Atau jangan-jangan mau reklamasi atau bikin break water? Hahaha... 😂😂😂
Opsi seperti pembangunan tanggul kalau tidak dipertimbangkan dengan baik maka yg ada hanyalah kerusakan & kehancuran.
Pertama, sudah pasti Fatu Un tidak alamiah lagi & keindahannya pun akan semakin pudar. Kalau terpaksa bangun tanggul maka harus estetis juga biar setidaknya uang sonde terbuang sia-sia.
(4). Abrasi pantai Fatu Un, 2021 | Dok. Channel YouTube Bupati TTS |
Kedua, struktur tanggulnya harus kuat untuk membendung keganasan ombak pantai selatan. Tanggul dari kubus beton sonde akan mempan, paling tidak pake tiang pancang walau mahal. Mengingat, selain ombak yg tingginya bisa > 5 m, tanah dasar di lokasi ini pun berupa pasir labil yg cukup dalam & mudah tergerus.
Belajarlah dari kehancuran dermaga Kolbano. Dulu tanggulnya remuk dihantam ombak ketika baru 2 tahun dibangun (bit.ly/2SxjBg2), sedangkan tiang pancangnya sudah mulai goyang saat ini. Padahal anggarannya 106 M, lho.
Nanti setelah tanggul dibangun pun perlu pemeliharaan terus-menerus karena namanya juga bangunan buatan, akan rusak jika tanpa pemeliharaan memadai.
Kalau sonde ditangani dengan baik maka 5-10 tahun mendatang jalan lintas selatan bisa terputus di situ. Nanti orang Kolbano mau pi Fatu Un sa ju musti putar dari Kbaf - Pene - Oebubun. Selain itu, kalo di Nop-nop pun sonde ditangani dengan baik (dari pantai hingga gunung) maka kalo pi Malaka harus putar dari Kbaf - Pene - SeI - Nununamat - Oetuke - Tublopo baru terus ke Kot'olin dst... 🤣
Dipikir-pikir... Coba dana miliaran untuk Kolbano sejak dulu itu tidak dipakai untuk membuat bangunan-bangunan merusak tetapi dijadikan sebagai kompensasi bagi pengrajin batu warna mungkin lebih baik. Bisa menjadi modal untuk beralih mata pencaharian sehingga tambang batu warna bisa disetop tanpa gejolak sosial berarti. Pantai pun terselamatkan. 🤔
Sekarang positif thinking saja, mungkin Pemda punya dana besar & strategi brilian untuk menyiapkan lapangan pekerjaan sehingga menghilangkan ketergantungan warga terhadap tambang sejak 30 tahun lalu itu. Bukan hanya mengandalkan kompensasi bagi masyarakat yg tidak seberapa nilainya.
“Jangan marah o... Ini beta pung ungkapan cinta yg tulus untuk semua warga Kolbano, pencinta wisata Fatu Un, Pemda TTS & seluruh pengguna jalan trans selatan.” 🙏🥰
*
Gambar diambil dari liputan4.com, google street view, YouTube & dokumentasi pribadi.
[Diposting ulang dari unggahan grup FB Pemuda TTS, 7/5/2021]
No comments:
Post a Comment