Social Icons

Monday, February 11, 2013

Ketika Tepuk Tangan Menjadi Pekerjaan Yang Rumit

Tepuk tangan merupakan perbuatan menamparkan kedua telapak tangan untuk menimbulkan bunyi. Orang normal pasti bisa tepuk tangan dengan mudah, kecuali mereka yang tidak memiliki tangan atau cacat tertentu pada tangan. Tepuk tangan termasuk "keterampilan" bahasa tubuh yang paling awal diajarkan orang tua pada anaknya bahkan ketika si buah hati belum belajar merangkak dan berbicara. Tepuk tangan sering dipakai sebagai isyarat gembira, tanda setuju, pencetus semangat hingga sebagai "alat musik." Tepuk tangan juga dilakukan sebagai tindakan "membela diri," misalnya membela diri dari serangan nyamuk, hehehe.

Tepuk tangan harus dikerjakan dengan melibatkan kedua tangan, kalau hanya satu tangan maka dibutuhkan tangan lain untuk bisa terjadi tepuk tangan. Tapi siap-siap ya kalau yang terjadi cuma "bertepuk sebelah tangan" hehehe *OOT.

Tepuk sebelah tangan merupakan kiasan akan kasih sayang yang datang dari sebelah pihak; tepuk sebelah tangan tidak akan berbunyi, artinya kasih sayang tidak mungkin hadir hanya dari satu orang, ciieee... *intermeso, mumpung dekat valentine, hehehe.

Alkitab menempatkan tepuk tangan sebagai sesuatu yang cukup spesial terutama dalam Perjanjian Lama (cat: tidak ada satupun frasa 'tepuk tangan' tersurat dalam Perjanjian Baru). Tepuk tangan digunakan untuk mengekpresikan kekaguman (Rat. 2:15), untuk menyambut dan mengiringi orang penting (Yes. 55:12), sebagai bentuk puji-pujian (Maz. 47:2), maupun ekspresi penghayatan sebuah ucapan syukur pada Allah (Maz. 98:8). Entah itu untuk menyebut kenyataan maupun hanya kiasan semata misalnya pada ayat Mazmur ini, "Biarlah sungai-sungai bertepuk tangan, dan gunung-gunung bersorak-sorai bersama-sama" (Mazmur 98:8).

Sejatinya tepuk tangan itu suatu perbuatan sederhana yang sangat mudah dilakukan oleh siapa saja, dapat dilakukan secara terencana dan berirama maupun dilakukan secara refleks. Tapi tidak bagi saya ketika pertama diserang Myelitis Transversa. Waktu itu, serangan pada tulang belakangku sudah mencapai Thoracal 6-7 yang mengatur saraf-saraf tangan. Akibatnya kedua tanganku menjadi tidak normal.

Ketidaknormalan itu bisa saya jelaskan sebagai berikut. Tangan kanan cukup baik digerakkan ke segala arah namun lemah dan tidak bisa dikontrol dengan baik. Misalnya kalau ingin menunjuk telinga malah hidung yang ditunjuk, juga tidak bisa diayun. Tangan kiri sangat lemah, hanya bisa digerakkan sedikit saja ke arah vertikal. Untuk ayun dan kontrol jangan ditanya. Jari-jari tidak bisa dilipat. Butuh waktu setidaknya satu bulan khusus untuk melatih jari-jari tangan kiri bisa dilipat dan menggenggam, juga melatih kekuatannya.

Tidak hanya itu, selanjutnya butuh fisioterapi untuk bisa tepuk tangan. Karena kedua tanganku lemah maka pekerjaan menepuk tangan rasanya sesuatu pekerjaan yang amat sangat berat. Melatih kedua tangan untuk bisa saling menampar butuh usaha ekstra sampai dengan beberapa bulan. Apa lagi refleks tangan masih sangat kacau. Tak jarang juga harus melawan rasa sakit di otot dan persendian.

Ketika dengan cepat mencoba menepuk tangan, yang terjadi kedua tangan bukannya bertemu tapi malah bersilangan kendati itu dilakukan dengan penuh kesadaran dan terencana. Jangan berharap kedua tangan bisa saling tubruk menghasilkan bunyi. Kedua tangan hanya akan menampar angin, huufftt..

Sekitar 5 bulan kemudian barulah dua tanganku itu bisa ditepuk seiring semakin kuatnya otot-otot lengan dan gerakan tangan sudah bisa terkontrol dengan agak lebih baik. Walaupun hanya menghasilkan gerakan dan bunyi yang lemah namun itu cukup membuatku gembira. Ternyata saya bisa tepuk tangan lagi. Saya bisa membunuh nyamuk yang datang bernyanyi di telingaku. Untuk "merayakan" hal ini, saya membuat status FB tanggal 16 September 2010 , "Beta su bisa tepuk tangan. Thanks God." Saya senang meskipun kekuatan saat itu mungkin baru 25%. (Cat: untuk usaha memperkuat otot lengan mencapai skala normal dan mengontrol gerakan tangan dengan baik masih perlu waktu dan usaha ekstra sampai berbulan-bulan kemudian).

Betapa gembiranya hati ini bisa mengayunkan tangan untuk "tost" dengan orang lain. Kalau menyangkut "tost," Kak Non Toelle-lah orang yang selalu mengujinya, hehehe... Jika menjenguk, Kak Non pasti menantang "tost" dengan kekuatan ayunan tangan terkuat, tangan kiri maupun kanan. Mau tahu perkembangan kekuatan tamparan tanganku? Tanya Kak Non, hehehe....

Itulah perjuanganku agar bisa melakukan bahasa tubuh yang sangat mudah itu. Bagi orang lain tepuk tangan mungkin hanyalah hal kecil yang diabaikan tapi jika anda berada pada posisi saya, anda akan merasakan bagaimana berharganya bisa tepuk tangan. Kita baru akan menyadari berharganya suatu gerakan tubuh hanya disaat apa yang seharusnya mudah untuk dilakukan terasa sebagai suatu siksaan ketimbang rasa nyaman.

Tak salah tokoh-tokoh Alkitab menempatkan tepuk tangan sebagai suatu bahasa tubuh yang penting dalam sebuah nyanyian ungkapan kegembiraan dan ucapan syukur kepada Allah yang Maha Agung. Kita bisa mengatakan, "Yang penting khan tepuk tangan dalam hati!" Iya benar, tapi ada kepuasan tersendiri dan syukur tak terhingga ketika perasaan yang ada dalam hati bisa kita ekspresikan lewat gerakan menamparkan telapak tangan.

Bersyukurlah bila anda bisa menepuk tangan...!

Kupang, 11 Februari 2013.
(Pither).

No comments:

Post a Comment