I love Kolbano Beach | Dok. Pribadi |
MEMPERHATIKAN perbincangan tentang Pantai Kolbano, Timor Tengah Selatan (TTS), NTT kekinian lewat berbagai media terutama media online dan media sosial, terlihat pokok bahasannya tidak jauh dari sebuah pantai eksotis berhiaskan hamparan koral berwarna-warni yang berbeda dengan pantai manapun di dunia (silahkan searching).
Namun, umumnya yang mereka maksud dengan Pantai Kolbano itu hanyalah pantai Fatu Un yang mana di situ terdapat sebuah batu besar kokoh berdiri tepat di bibir pantai ditambah areal sempit 100-an m ke sisi timur maupun barat dan 20-an m ke darat, yang oleh Pemda setempat dicap sebagai "lokasi wisata." Padahal Pantai Kolbano bukan sekedar Fatu Un, terdapat aneka hal unik dan menarik seputar pantai ini yang tidak diketahui atau disadari kebanyakan orang. Apa saja itu?
Fatu Un alias Fatu Han | Dok. Elbastel |
1. Fatu Un yang kini menjadi pusat wisata terkenal di Pantai Kolbano, dulunya bernama Fatu Han (batu berbunyi). Konon, jika hempasan ombak pada dinding batu ini terdengar nyaring hingga jauh (mis. sampai di puncak gunung Pene yg berjarak +/- 4 km di hadapannya), maka itu pertanda akan ada anggota keluarga raja (usif) atau tetua kampung (kua tuaf/amaf) yang meninggal. Perubahan nama dari Fatu Han menjadi Fatu Un (pangkal batu) baru terjadi belakangan seiring pudarnya magis bunyi hempasan ombak dimaksud (berawal sekitar tahun 1980-an).
Fatu Han berada di antara laut dan kaki gunung | Dok. Pribadi |
2. Fatu Han adalah saksi bisu perang Kolbano tahun 1907. Di lokasi inilah pemimpin Kolbano Usif Boi Boimau alias Boi Kapitan bersama para meo (prajurit) Kolbano membuat benteng untuk menyergap pasukan Belanda yang akan melakukan serangan balik atas terbunuhanya 16 orang tentara mereka pada 26 Oktober 1907. Lokasi ini strategis karena terdiri dari celah sempit yang dapit oleh pantai dan batu besar dengan tebing tinggi di hadapannya dan sudah diprediksi bahwa tentara Belanda akan menyerang dari arah itu. Fatu Han merupakan satu-satunya akses masuk Kolbano dari arah timur. [Baca juga: Orang Jawa yang Tewas dalam Perang Kolbano di Timor, 26 Oktober 1907]
Aktifitas nelayan tradisional di Pantai Kolbano | Dok. Pribadi |
3. Ketinggian ombak di Pantai Kolbano mengikuti siklus unik 122. Yakni, akan ada 1 ombak kecil diikuti 2 ombak berukuran sedang lalu diakhiri 2 ombak besar, demikian seterusnya. Siklus ini dikuasai dengan baik dan menjadi salah satu kunci nelayan-nelayan tradisional "menaklukkan" ombak pesisir laut lepas yang tingginya sering di atas rata-rata ini. Pola 122 menjadi acuan saat hendak melakukan tindakan tertentu seperti mendorong masuk sampan ke dalam laut atau sebaliknya. Kurang cekatan dan salah menghitung irama 5 ombak ini bisa berakibat sampannya rusak terhempas, hasil tangkapan tertumpah kedalam laut dan peralatan menangkap ikan lenyap terseret ombak.
Dulu ikan nipi bisa ditangkap tanpa alat bantu apapun di Pantai Kolbano | Dok. Pribadi |
4. Konon pernah terjadi perkawinan antara seorang gadis Kolbano bernama Bi Kabin bermarga Leobisa dengan Uis Tasi (Raja Laut) alias Na' Besimnasi (Buaya). Bi Kabin telah dibawa pergi Na' Besimnasi yang kala itu berwujud pemuda tampan dan berpakaian serba merah di darat tapi berubah menjadi buaya bila sudah berada dalam air. Beberapa hal yang disebut sebagai bukti terjadinya perkawinan ini yakni tumpukan abu ra'o (abu dapur) dekat pantai tempat Bi Kabin muda sehari-hari memasak garam dan tiang-tiang kokoh bekas kandang tempat menampung kerbau-kerbau mas kawin dari Na' Besimnasi di bekas kampung keluarga Leobisa di lereng gunung.
Menurut para tetua saksi hidup (salah satunya bapak saya), hingga tahun 1960-an sebelum masuknya alat tangkap ikan modern pukat, ikan nipi yang diklaim sebagai pemberian Na' Besimnasi bisa ditangkap di deburan ombak dengan tangan kosong pada saat-saat tertentu atas "permintaan" anak-cucu saudara Bi Kabin. Hanya di pantai ini!
Dalam kondisi hening langkah orang bisa terdegar dari jarak tertentu | Dok. Elbastel |
5. Dalam kondisi hening, langkah orang di pantai ini bisa terdeteksi dari jarak puluhan meter. Derap langkah seseorang mencetuskan bunyi gesekan pada pasir pantai ini yang gradasinya kasar hingga koral. Gelombang suara itu kemudian merambat melalui udara maupun pasir dan batu tersebut hingga bisa terdegar dari jarak tertentu.
Pemandangan dan terumbu karang di eti Pantai Kolbano | Dok. Pribadi |
6. Garis pantai Kolbano terbagi atas 2 bagian yakni bagian yang memiliki eti atau meting (= zona litoral yakni zona yang bisa tergenang/mengering saat pasang/surut air laut) di bagian barat dan bagian yang tidak memilki eti di timur. Ada yang menarik di tengah etitepatnya perbatasan dengan laut induk yakni adanya suara gelegak kuat (berbual-bual dan berbunyi seperti air mendidih saat direbus, krook...krook...krook...). Suara ini terbentuk akibat semburan dan gesekan ombak melalui terowongan dan celah pada batu karang yang dalam bahasa kami disebut slolof. Bunyi slolof ini bisa terasa menyeramkan bagi anda yang baru sekali berkunjung. Keunikan ini tentu tidak bisa disaksikan saat laut sedang pasang.
Dahulu pemali jika mendekat ke pantai dengan pakaian berwarna merah | Dok. Pribadi |
7. Dahulu, ada pemali jika hendak mendekat dan mandi di pantai yakni tidak boleh memakai pakaian berwarna merah. Melanggar aturan ini bisa berakibat laut tiba-tiba mengamuk hingga dampak yang lebih fatal seperti pelaku bisa teggelam terseret ombak. Larangan tersebut dikarenakan merah merupakan warna pakaian khas Raja Laut atau Na' Besimnasi sehingga manusia tidak boleh ikut melakukan itu di pantai (lihat no. 4).
Penambangan batu warna di Pantai Kolbano | Dok. Pribadi |
8. Kalau anda baru berkunjung ke lokasi wisata pantai Fatu Un belakangan ini (2017) dan mengakui batu-batu warnanya menawan maka keindahan yang anda saksikan itu sebenarnya sudah pudar 4-5 kali lipat dari aslinya. Ini dikarenakan sebagian batu warna terindah telah habis ditambang dalam 4-5 tahun. Terlebih jika anda menengok keluar 100-200 m dari kawasan ini atau bagian lain di sepanjang pantai selatan TTS yang memiliki batu warna maka keindahannya mungkin sudah hilang hingga 25 kali lipatkarena penambangan di situ jauh lebih lama dan masif. (Asumsi pribadi bahwa keindahan pantai tereduksi sebesar 1 kali per tahun akibat tambang). [Baca juga: Kea dan Lubang Tambang Raksasa di Pantai Kolbano, Timor]
Pemandangan Pantai Kolbano dipermanis oleh keberadaan Tanjung Oetuke | Dok. Pribadi |
9. Pemandangan pantai Kolbano takkan semakin menawan tanpa latar belakang Tanjung Oetuke yang menjorok hingga ke tengah samudera. Tanjung ini sebenarnya adalah delta dari sungai besar Toi Usapi. Tapi, sama dengan lokasi lain di selatan TTS, dilarang keras mendekat ke pantai di sekitar tanjung bila anda tidak ingin kecewa oleh lubang-lubang berantakan akibat tambang batu warna.
Material yang ditemukan pada kedalaman 2-4 m, jarak +/- 400 m dari bibir pantai | Dok. Pribadi |
10. Bila melakukan penggalian hingga lereng gunung (> 500 m), mulai kedalaman kurang dari 3 m kita akan temui lapisan yang terdiri dari koral dan pasir serta cangkang moluska laut yang identik dengan koral, pasir dan moluska yang ada di pantai. Sebagian sudah terikat oleh endapan menyerupai semen putih. Kedalaman dan prosentase bebatuan yang sudah terikat material semen itu makin berkurang bila melakukan galian lebih dekat ke bibir pantai. Hal ini mungkin bisa menjadi indikasi penting akan dua hal.
Pertama, ratusan atau ribuan tahun lalu dataran rendah yang kini menjadi pemukiman sebagian besar warga Desa Kolbano adalah pantai atau lautan (kontur tanahnya bisa dilihat dengan Google Earth). Kedua, batuan dan pasir di pesisir Kolbano sekarang bisa jadi terbentuk melalui proses alam yang memakan waktu tidak singkat, bisa puluhan hingga ratusan tahun. Sayang sekali kalau proses alam yang sungguh lama itu kita hilangkan hanya dalam sekejap dengan tambang. (Perlu penelitian mendalam tentang poin ini).
Kontur Pantai Kolbano bisa berubah-ubah | Dok. Pribadi |
11. Kontur pantai dan susunan lapisan pasirnya berubah-ubah sesuai ketinggian ombak. Di musim ketika laut sedang mengamuk dan ombaknya tinggi maka garis pantai akan menjadi terjal serta yang muncul di permukaan didominasi koral. Sedangkan saat laut menjadi tenang, garis pantainya berubah landai dan pasirlah yang mendominasi lapis atas.
Dataran Kuli, bekas bandara Kolbano di zaman penjajahan Belanda | Dok. Pribadi |
12. Ketika menjajah Kolbano dulu (pasca perang Kolbano, 1907), Belanda menjadikan dataran luas bernama Kuli (Kuli Nanan) yang berada tepat di pesisir pantai Kolbano sebagai bandar udara. Ketika penjajahan berganti, Jepang menutup bandara ini dengan menebar ratusan batang lontar sekujur landasan bandara Kolbano lalu membangun sebuah terowongan kamuflase sepanjang +/- 1 km dari bibir pantai hingga ke kaki gunung.
13. Di zaman milenial, tepatnya tahun 2012 lalu, di Pantai Kolbano dibangun sebuah dermaga dengan nilai cukup fantastis, 106 Milyar. Namun hingga tulisan ini dibuat, belum nampak jelas untuk apa dermaga ini dibangun karena belum ada satupun kapal yang bersandar, bahkan sampan nelayan pun enggan untuk ditambatkan di sana. Pembangunan dermaga ini dulunya digadang-gadang sebagai dermaga internasional penghubung Indonesia dengan negara lain seperti dengan Australia.*
Pither Yurhans Lakapu
Twitter: @pitherpung
Syalom, mungkin bisa menuliskan sedikit tentang mitos yg mnyatakan bahwa apabila ada bagian kecil dari batu kolbano yg jatuh ke dlm laut akan terjadi gempa bumi.🙏🏼
ReplyDeleteShalom juga. Beta kurang tau tentang cerita itu. Nanti beta tanya-tanya dulu. Thx..
Delete