Social Icons

Saturday, March 31, 2018

Lima Masalah Si Lumpuh di Tepi Kolam Betesda yang mungkin Tak Pernah Terpikirkan

Ilustrasi penyembuhan di tepi Kolam Betesda | Sumber: JesusWalk.com
YOHANES 5:1-18 berkisah tentang seorang lumpuh yang berbaring di pinggiran Kolam Betesda berharap untuk sembuh dengan cara menjadi orang pertama yang masuk ke dalamnya saat air kolam berguncang pada waktu yang acak.

Beberapa informasi tentang orang itu adalah ia telah sakit selama 38 tahun (ay 5). Umurnya kemungkinan di atas 40 tahun, tersirat dari kata Yesus dalam ayat 14 "... jangan berbuat dosa lagi ...", artinya ia pernah hidup normal & berbuat dosa barulah lumpuh. Ia juga disebut selalu kalah saat masuk ke kolam oleh pasien lain yang sakitnya “lebih ringan” seperti buta atau timpang, dikarenakan tidak ada orang yang membantunya untuk cepat masuk ke dalam kolam (ay 7).

Ketika merenungkan bagian Alkitab ini mungkin yang terbayang adalah tentang seorang yang sudah puluhan tahun tidak bisa menggerakkan kakinya, keterbatasan-keterbatasan yang dialami sebagai orang lumpuh & usaha agar organ mobilitasnya itu bisa berfungsi kembali dengan mengharapkan magis kolam Betesda.

Namun, kelumpuhan bukan sekedar masalah tidak bisa berjalan atau keterbatasan melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain. Di balik kondisi fisik si lumpuh, besar kemungkinan terdapat komplikasi lain yang sulit untuk dapat disembuhkan dalam waktu singkat, oleh medis modern sekalipun. Diantaranya:


1. Atrofi otot

Pada orang yang cedera atau menderita suatu penyakit yang menyebabkan bagian tubuh tertentu tidak bisa digerakkan dalam waktu lama, akan terjadi atrofi yakni penurunan atau penyusutan massa otot.

Penurunan ini akan menyebabkan otot menjadi lemah & makin sulit digerakkan. Atrofi mudah dikenali yakni otot bagian itu akan terlihat lebih kecil dibanding sisi yang normal.

Walaupun tidak disebut spesifik apa jenis penyakitnya, namun orang yang sudah tidak aktif berjalan selama 38 tahun itu bisa dipastikan mengalami atrofi pada kedua tungkainya.

2. Osteoporosis

Rasanya tidak asing lagi bagi kita kalau orang yang kurang gerak berisiko terkena osteoporosis, yakni kondisi di mana kualitas kepadatan tulang seseorang menurun sehingga membuat tulang menjadi keropos & rentan terjadi retak.

Orang yang telah lumpuh sejak +/- 6 tahun sebelum Yesus lahir itu sangat besar kemungkinan mengalami masalah ini. Apalagi bila yang bersangkutan kurang mendapat asupan kalsium & vitamin D atau mengidap penyakit tertentu yang ikut berpengaruh terhadap kepadatan tulang semisal rheumatoid artritis, penyakit paru obstruksi kronis/COPADA (chronic obstructive pulmonary disease), penyakit Crohn, dll.

3. Masalah kejiwaan

Saya tidak bisa menyebut secara spesifik jenis masalah kejiwaan yang dialami orang itu. Namun, melihat jangka waktu sakit & lumpuhnya yang hampir 4 dekade, besar peluangnya masalah itu ada, terutama yang terkait interaksi sosial.

Sebagai pribadi lumpuh, keseharian orang berusia paruh baya itu tentu minim interaksi dengan sesama. Apalagi saat itu belum ada TV, radio, HP, internet maupun medsos yang dapat menghadirkan informasi-informasi tentang apa yang terjadi di luar sana sekaligus membantu mengalihkan perhatian dari kondisi fisiknya. Dalam rentang 38 tahun itu pasti banyak sekali perubahan yang sudah terjadi dalam segala aspek sosial masyarakat setempat yang tidak bisa diikutinya dengan baik.

Kondisi-kondisi itulah yang membuat dirinya rentan mengalami masalah kejiwaan yang dapat mengganggu interaksi sosialnya seperti stres, gangguan kepribadian, suasana hati (mood), pola pikir hingga tingkah laku secara umum. Kerentanan itu makin besar bila melihat fakta bahwa dia lumpuh setelah pernah merasakan nikmatnya berjalan secara normal, bukan lumpuh sejak lahir.

4. Pneumonia

Merupakan penyakit peradangan yang terjadi pada jaringan di salah satu atau kedua paru-paru yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus atau jamur. Bagi pribadi lumpuh, pneumonia bisa menjadi momok yang dapat mengancam jiwa jika tidak dilakukan upaya pencegahan & penanganan yang benar & memadai.

Pada dasarnya saluran napas kita menghasilkan lendir yang berfungsi melindungi & melembapkan udara. Lendir ini normalnya akan digerakkan ke atas untuk dibuang selain dengan gerakan jalan napas sendiri. Nah, pasien yang berbaring lama, apa pun penyebabnya, akan memperburuk pembuangan lendir yang isinya bisa kuman atau kotoran pemicu pneumonia.

Si lumpuh sangat berpotensi mengidap pneumonia kronis karena selain terus berbaring dalam jangka waktu lama, ia berada di tepi kolam yang merupakan tempat umum, terbuka & disinggahi berbagai orang dengan berbagai penyakit yang bisa menularkan kumannya melalui udara maupun kontak langsung.

Apalagi Kolam Betesda berada dekat Pintu Gerbang Domba (ay 2) yang pastinya sering ramai oleh orang yang masuk-keluar Bait Allah sehingga mencetuskan debu beterbangan yang besar peluangnya menghinggapi jalan napas orang lumpuh tersebut.

5. Ulkus dekubitus

Masalah ini kemungkinan terjadinya kecil karena ayat 7 mengindikasikan bahwa yang bersangkutan masih bisa berpindah tempat walau susah payah (mungkin dengan cara "ngesot" atau menggunakan alat bantu seperti tongkat). Atau jika ia sudah melakukan tindakan pencegahan yang benar.

Namun melihat jangka waktu sakitnya, potensi masalah yang umum dialami orang dengan gangguan mobilitas ini tetap ada.

Ulkus dekubitus adalah luka yang terjadi pada kulit yang menutupi tulang yang menonjol, di mana kulit tersebut mengalami penekanan dari tempat tidur atau benda keras lainnya dalam waktu lama. Bagian tubuh yang rentan timbul dekubitus seperti punggung, pinggang, pinggul, & tumit. Apalagi ia hanya tidur beralaskan tilam/tikar (ay 8), bukan alas tidur empuk, sehingga mempermudah timbulnya dekubitus.


Dan mungkin masih banyak komplikasi lain yang lebih spesifik tergantung faktor-faktor seperti jenis penyakit, iklim setempat, pandangan masyarakat terhadap penyandang disabilitas, dll.

Mencengangkannya, Tuhan Yesus datang & menyelesaikan segala kerumitan kesehatan orang lumpuh itu hanya dengan lima kata, "Bangunlah, angkatlah tilammu & berjalanlah" (ay 8). Seketika itu juga. "Gak pake lama, gak pake proses!"

Kita bisa membayangkan betapa gembiranya orang itu. Yohanes mendeskripsikannya bahwa selepas disembuhkan, ia dengan enteng berjalan keliling sambil memikul tilamnya tanpa memedulikan "masalah politik" yang terjadi di mana orang-orang Yahudi sedang mencari-cari kesalahan Yesus. Dan saking gembiranya, orang itu pun lupa berkenalan dengan sosok yang telah menyembuhkan dia (ay 9-11).

Hal-hal di atas memperjelas bagi kita jawaban Yesus kepada orang-orang Yahudi yang mempersoalkan penyembuhan di Hari Sabat. Bahwa, yang dilakukan-Nya saat itu adalah juga pekerjaan Allah, mustahil bagi seorang manusia untuk bisa menyembuhkan komplikasi kesehatan yang sedemikian rumit & kronis hanya dalam sekejap (ay 16-17). Ya, hanya Allah yang sanggup melakukan itu!*
———
“Penderitaan yang sudah lama kita alami, bukan berarti tidak akan diatasi-Nya. Masalah yang rumit & mustahil bagi kita bukan berarti tidak mungkin dibereskan-Nya. Doa yang lama tidak dijawab bukan berarti tidak akan dijawab selamanya.”

No comments:

Post a Comment