Cover depan TEGAR | Dok. Pribadi |
Mielitis Transversa telah merenggut banyak hal dari hidup saya. Apa yang telah, sedang dan ingin saya lakukan hingga usia 29 tahun "dihancurkan" dalam sekejap. Pencapaian-pencapaian berantakan, impian-impian harus dikubur dalam-dalam.
Penderitaan akibat hantaman penyakit infeksi pada sum-sum tulang belakang itu pun tidaklah ringan, berbulan-bulan harus mendekam di ICU dan ruang perawatan rumah sakit, berbagai kondisi kritis harus saya lalui, aneka terapi saya coba, rasa nyeri tak tertahankan saya akrabi, bahkan kematian pun sudah tak menakutkan. Belum ditambah pergumulan akan keterbatasan sarana-prasarana medis hingga minimnya informasi tentang salah satu penyakit autoimun ini.
Namun, inilah hidup. Ada episode di mana kita tak memiliki kuasa untuk menepis kemalangan yang menghampiri. Kita hanya bisa tabah, tegar dan bersyukur menghadapinya.
Hidup hanya sekali dan berliku, apakah kita sudah berbuat maksimal? Jawabannya mungkin relatif bagi setiap orang. Tetapi bagi saya, selagi napas masih berembus, saya ingin terus melakukan sesuatu bagi orang lain. Ketika jantung masih berdetak, menyerah tak harus menjadi pilihan.
"Jika kaki tidak ada, masih ada tangan; jika tangan juga sudah tidak ada, masih ada mulut". Kalimat penyemangat yang pernah saya dapatkan dari seorang kakak. Dengan tubuh yang lumpuh dari kaki hingga dada (ruas T6-T7), praktis, menulis adalah salah satu aktivitas ideal yang bisa saya lakukan untuk orang lain walaupun hanya dari pembaringan atau kursi roda. Menulis buku menjadi impian baru.
Untuk bisa menghasilkan buku maka harus ada kata pertama yang digoreskan. Di sinilah peran Kompasiana. Dalam ketidakmahiran menulis, kadang harus menahan nyeri di badan hingga jari-jari yang sedikit tremor dan kaku, saya merangkai kata menjadi artikel-artikel yang saya labeli #pithermielitistransversa (di blog saya kumpulkan dalam kategori myelitis transversa). Semangatnya hanya satu, berbagi dengan orang lain sembari meninggalkan jejak.
Artikel pertama pun saya upload t(8/5/2012). Selanjutnya walaupun tak rutin, saya terus berusaha menulis. Beberapa artikel diapresiasi TA atau HL. Selain Kompasiana, saya juga menulis di blog pribadi (pitherpung.blogspot.com). Lewat tulisan-tulisan itu pun saya dipertemukan dengan banyak penyintas Mielitis Transversa dari seluruh Indonesia.
Kolase pembaca TEGAR | Dok. Pribadi |
Hingga akhirnya saya bisa menghasilkan buku berjudul TEGAR setebal 264 halaman yang diterbitkan oleh IRGSC Kupang pada Agustus 2018. Selain pengalaman perjuangan, buku ini juga menyajikan hal-hal yang mungkin dibutuhkan para penyintas dan mereka yang hidupnya bersinggungan dengan Mielitis Transversa serta informasi, inspirasi dan motivasi yang perlu untuk dibaca siapa saja, entah sehat atau sakit, medis atau awam, kaya atau miskin, dll.
TEGAR adalah salah satu ikhtiar saya untuk menjalani hidup semaksimal mungkin.
[Selanjutnya] Testimoni-testimoni pembaca TEGAR >>>
Jangan lewatkan juga:
Hidup Hanya Sekali dan Penuh Liku, Jalanilah dengan Tegar dan Maksimal
_________
Saudara bisa memesan buku TEGAR dengan menghubungi Randy Banunaek, email Randy.banunaek@gmail.com.
Jangan lewatkan juga:
Hidup Hanya Sekali dan Penuh Liku, Jalanilah dengan Tegar dan Maksimal
_________
Saudara bisa memesan buku TEGAR dengan menghubungi Randy Banunaek, email Randy.banunaek@gmail.com.
Tuhan Yesus memberkati kk
ReplyDeleteMakasih, bro. GBU...
DeleteMohon bisa mendapatkan deskripsinya untuk saya muat dalam blog buku saya http://daonlontarbooks.blogspot.com/
ReplyDeleteterima kasih sebelumnya
Baik. Tolong kasi emailnya atau hubungi saya ke pitherpung@gmail.com biar saya kirimkan lewat sana saja. Makasih.
Delete