Testimoni Dr. Ermi Ndoen. Capture Facebook | Dok. Pribadi |
“Raga Pither boleh terkungkung kebebasan geraknya, namun tidak demikian dengan buah pikirannya. Catatan pergumulan dan pengalamannya yang jujur dan otentik ini sanggup menembus sekat-sekat jarak, waktu dan bahkan suku, agama serta ras.
Tulisan-tulisan yang semula dipublikasikan di berbagai sosial media maupun blog pribadi mengundang para penderita yang lain, dokter, paramedis dan masyarakat luas mendapatkan pencerahan tentang penyakit ini, serta tertular ‘virus’ semangat menghargai hidup dan Sang Pemberi Hidup, pantang menyerah dan pikiran positip Pither terhadap penderitaan amat berat yang dijalani. Bahkan terhadap orang-orang yang sehatpun, buku ini mengajarkan untuk lebih menghargai anugerah kesehatan yang diterima.”
– Prof. Djwantoro Hardjito, Ph.D. (Rektor Universitas Kristen Petra Surabaya)
"Saat membaca buku ini, saya menemukan orang yang benar- benar berjuang dalam iman pada diri Pither. Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang diharapkan dan bukti dari segala sesuatu yg tidak dilihat. 15 tahun yang lalu saya adalah dosen pembimbing dan pengajar saudara Pither ini. Dan sekarang, Pither ganti memberikan saya pelajaran dan pengajaran yang sangat mahal tentang apa itu Ketegaran Hidup atau Menghidupi Iman.
Saya berharap buku ini bisa dibaca sebanyak mungkin orang dari semua suku dan agama, khususnya orang-orang yang memiliki banyak “kesusahan hidup” agar bisa tegar bertahan, berpengharapan dan tetap memberi makna terbaik bagi hidupmasing-masing.”
— Dr . Partogi H.Simatupang (Ketua Jurusan Teknik Sipil Undana)
*
“Dokter-dokter, mahasiswa kedokteran, perawat maupun semua pihak yang berkepentingan perlu membaca buku penting ini. Setelah rangkaian diagnose yang keliru, kemudian diketahui bahwa deritanya adalah akibat serangan infeksi sum-sum tulang belakang – yang dikenal dengan transverse myelitis– membuat Pither harus menjalani hidup dari tempat tidur rumah sakit dan kursi roda sejak tujuh tahun yang silam.
Siapa yang bisa mengetahui masa depan? Bagaimana anda tahu bahwa esok hari seolah-olah semua mimpi anda berantakan padahal kemarin dan hari ini hidup terasa begitu lancar? Tamat sebagai sarjana teknik sipil yang terbaik di angkatannya, Pither Lakapu menatap masa depan cerah. Dengan prestasinya yang bagus dan semangatnya dalam belajar bahasa Inggris, Pither mengarahkan ingin melanjutkan sekolah ke negeri Belanda.
Namun, semua tatapan pada masa depan perlahan-lahan meredup. Karir profesionalnya pun berhenti. Ibunya yang merawatnya selama berbulan-bulan jatuh sakit dan meninggal. Pemakaman ibunyapun tidak mampu ia saksikan; Kehidupan cintanya pun kandas. Kekasihnya pergi meninggalkannya. Imannya diuji tiap waktu. Tetapi, semangatnya untuk sembuh melebihi sakitnya. Tegar!”
Siapa yang bisa mengetahui masa depan? Bagaimana anda tahu bahwa esok hari seolah-olah semua mimpi anda berantakan padahal kemarin dan hari ini hidup terasa begitu lancar? Tamat sebagai sarjana teknik sipil yang terbaik di angkatannya, Pither Lakapu menatap masa depan cerah. Dengan prestasinya yang bagus dan semangatnya dalam belajar bahasa Inggris, Pither mengarahkan ingin melanjutkan sekolah ke negeri Belanda.
Namun, semua tatapan pada masa depan perlahan-lahan meredup. Karir profesionalnya pun berhenti. Ibunya yang merawatnya selama berbulan-bulan jatuh sakit dan meninggal. Pemakaman ibunyapun tidak mampu ia saksikan; Kehidupan cintanya pun kandas. Kekasihnya pergi meninggalkannya. Imannya diuji tiap waktu. Tetapi, semangatnya untuk sembuh melebihi sakitnya. Tegar!”
– Dr. Jonatan A. Lassa (Dosen Senior, Charles Darwin University, Australia)
*
“Penyakit Mielitis Transversa adalah suatu penyakit yang jarang terjadi. Banyak dari penderita penyakit ini yang di- diagnosis dengan penyakit lain sebelum akhirnya terdiagnosis dengan Mielitis Transversa. Di dalam buku ini Pither bercerita secara runut dan mendetail mengenai gejala dari Mielitis Transversa. Rasa tidak berdaya hingga nyeri yang beliau alami dideskripsikan dengan baik dan memberikan kesan yang mendalam bagi pembacanya.
Penjelasan mengenai istilah medis juga dapat dipaparkan oleh Pither dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti. Diharapkan dengan adanya buku ini, penyakit Mielitis Transversa dapat jadi lebih dikenal oleh masyarakat umum dan juga oleh para tenaga medis padakhususnya.”
Penjelasan mengenai istilah medis juga dapat dipaparkan oleh Pither dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti. Diharapkan dengan adanya buku ini, penyakit Mielitis Transversa dapat jadi lebih dikenal oleh masyarakat umum dan juga oleh para tenaga medis padakhususnya.”
— dr. Reza Aditya Arpandy, BmedSc, SpS (Dokter mitra Transverse Myelitis Indonesia Community (TMIC)
*
“Buku ini menuturkan dengan begitu rinci betapa beratnya men-jalani kehidupan akibat Mielitis Transversa. Walaupun penyakit ini telah merenggut sebagian fungsi tubuh, pekerjaan, tatapan akan masa depan cerah, hingga kehilangan orang- orang yang paling Pither cintai, namun semua itu tidak membuat ia kehilangan semangat hidup dan imannya kepada Sang Empunya Kehidupan. Seperti itulah gambaran dari apa yang juga kamirasakan…”
— Amita Simarmata, SE (Penyintas Mielitis Transversa & Sjogren’s Syndrome
*
“Pejuang nan tegar! Perjuangannya lebih dari sekedar tetap hidup. Pither adalah pejuang yang mampu menginspirasi banyak orang untuk ikut berjuang meski dalam situasi sulit sekalipun. Sejak SMA, Pither adalah sosok yang spesial. Ia selalu berpikir lebih maju melampaui rekan-rekannya. Berdiskusi dengannya meski dalam pembaringan dan kursi roda selalu berlahir ide-ide dan hal-hal baru, baik itu mengenai kehidupan, pekerjaan dan juga pelayanan.
Saya terinspirasi banyak hal dari Pither, salah satunya soal menulis, dan karena itu saya menjadi salah satu yang akan merayakan dengan hebat akan terbitnya buku ini. Sampai saat ini, saya selalu mengucap syukur setiap kali saya melihat apa yang telah dilakukan sahabat saya ini. Teruslah menginspirasi pejuang Pither dan teruslah menulis. Blessing!”
Saya terinspirasi banyak hal dari Pither, salah satunya soal menulis, dan karena itu saya menjadi salah satu yang akan merayakan dengan hebat akan terbitnya buku ini. Sampai saat ini, saya selalu mengucap syukur setiap kali saya melihat apa yang telah dilakukan sahabat saya ini. Teruslah menginspirasi pejuang Pither dan teruslah menulis. Blessing!”
– Arnold Asyer Adoe, ST (Penulis Kompasina, kompasiana.com/arnoldasyeradoe).
*
*
Baca juga:
☆ Hidup Hanya Sekali dan Penuh Liku, Jalanilah dengan Tegar dan Maksimal
☆ Tentang TEGAR, Buku Otobiografi Saya
Trimksh sangat bermanfaat sekali tutorialnya
ReplyDelete