Social Icons

Monday, December 17, 2012

Flamboyan Itu Sudah Berbunga

Indah bunga flamboyan di bulan desember.
Dengan napas berat pria muda itu berusaha mengayuh kursi roda berjalan perlahan di halaman rumahnya yang tidak begitu luas. Halaman itu ditanami beberapa jenis bunga dan beberapa pohon umur panjang. Nampak di salah satu sudut halaman berdiri anggun sebuah pohon flamboyan yang sedang berbunga lebat. Pohon yang biasanya segera berbunga setiap turun hujan pertama. Warna merah yang ditampilkan seolah memberi dorongan baginya untuk terus bersemangat mengarungi beratnya kenyataan hidup ini.

Dari channel radio sayup mengalun lagu-lagu natal yang belakangan mulai menghiasi siaran radio-radio lokal. Ada lagu Karena Kita-nya Jeffry S Tjandra, ada juga lagu Selamat Natal Mama vokalnya Victor Hutabarat yang khas.

Harmonisasi antara bunga flamboyan dan nada-nada lagu itu menghadirkan suasana indah yang dinanti-nantikan setiap insan, tak terkecuali bagi dirinya. Warna elok bunga flamboyan itu adalah tanda alam karunia Sang Pencipta sedangkan merdu melodi itu merupakan wujud kekaguman dan ucapan syukur umat ciptaanNya.

Kursi roda itu lalu dibiarkan berhenti, iapun larut dalam lamunan. Imajinasinya melayang ke masa 20-an tahun silam, masa dimana ia begitu menikmati keceriaan sebagai seorang bocah kecil dari keluarga sederhana di sebuah desa yang damai nun jauh disana. Masa ketika ia bisa meluapkan kebebasannya setiap natal menjelang. Kebebasan menyambut datangnya awal musim hujan, kebebasan menikmati perubahan alam dari gersang dan tandus menjadi hijau dan sejuk, disempurnakan dengan kebebasan berbaur bersama teman-teman sebaya mempersiapkan acara natal yang akan segera tiba. Semua kebebasan itu selalu datang di waktu yang hampir bersamaan, awal Desember.

Khayalannya menghadirkan suasana desa bila hujan tiba, para orang tua mengajak anak-anaknya pergi ke kebun untuk menanam apa saja yang bisa ditanam menemani tanaman jagung yang menjadi tanaman pokok. Ada singkong, ada kacang-kacangan, ada sorghum dan lain-lain. Seolah mereka tidak ingin titik hujan yang turun terbuang sia-sia. Jarak tanam diatur sedemikian agar tidak sejengkalpun tanah yang dibiarkan kosong.

Ia membayangkan perubahan alam desa yang terjadi akibat peralihan musim itu. Sejauh mata memandang, pucuk-pucuk pohon mulai tumbuh menampilkan kesegaran dan membawa kesejukan. Biji-biji rumput tak mau kalah, dengan cepat mereka berkecambah dan seolah berlomba menyampaikan pada setiap insan kalau merekapun mampu menghadirkan warna kebahagiaan alami. Bunga-bunga bermekaran bangkit dari hibernasinya. Burung-burung nampak terbang kesana kemari entah mencari mangsa serangga yang mulai ramai berkeliaran atau hanya sekedar menikmati sejuknya alam.

Dalam lamunannya tergambar dengan jelas, bila nyanyian alam ini mulai nampak, itu berarti saatnya mereka mempersiapkan segala sesuatu menikmati keceriaan natal. Memasuki bulan Desember, anak-anak desa terlihat sibuk saban sore. Mereka berkumpul di gereja untuk dibagikan tugas dan berlatih bersama untuk malam natal nanti. Mereka ditugasi guru-guru sekolah minggu sebagai pembaca puisi, pembakar lilin, penyanyi vocal group hingga pemeran tokoh dalam drama natal. Anak-anak sangat gembira karena suasananya tidak sekaku bila berada di sekolah formal. Mereka berlatih dengan giat demi penampilan yang maksimal dimalam peringatan kelahiran Kristus. Saat itu gereja didesa akan dibanjiri warga kota yang mudik untuk merayakan natal bersama keluarga.

Kesibukan mereka akan meningkat menjelang tanggal 25 Desember. Bocah-bocah pria beramai-ramai ke hutan mencari bunga ekam*) maupun cemara yang akan dijadikan pohon natal. Untuk hiasan mereka mengambilnya juga dari bunga-bunga liar yang tumbuh di hutan, tak ketinggalan bunga flamboyan. Sedikit diberi hiasan yang dibeli dari toko seperti kertas crape berbagai warna. Penerangnya dari batang-batang lilin yang ditancapkan di sekujur pohon natal, ada juga kembang api-kembang api kecil ikut menghiasi pohon terang itu. Sementara itu bocah-bocah wanita dengan sigap mendandani dan memperindah gedung gereja yang sudah tua termakan usia.

Semua nyanyian alam dan kenangan masa kecil itu benar-benar menguasai alam pikirannya sore itu.
****

Tersadar dari lamunan, pria muda itu merenungkan apa yang telah dialaminya saat ini, ia merenung diatas kursi roda yang telah menggantikan kakinya yang lumpuh. Natal tahun ini adalah natal ke-3 ia jalani sebagai orang yang tak bebas lagi. Aktifitas hariannya praktis tak lepas dari uluran tangan orang lain.

Penyakit infeksi saraf tulang belakang yang diderita sejak 3 tahun lalu merenggut kebebasan yang telah ia nikmati semenjak kecil, sudah 3 tahun ia menjadi pribadi yang lumpuh. Penyakit itu telah membawanya merasakan beratnya perjuangn fisik dan psikis. Pengalaman hidup tersulit telah ia hadapi. Berbagai therapy medis dan herbal tradisional terus dicoba demi kesehatan yang diidamkannya itu, baik di kota kecil ini maupun di kota megapolitan yang fasilitas kesehatannya lebih memadai.

Tubuhnya kurus tak berotot akibat tidak seringnya beraktifitas. Apa yang dilakukannya hanyalah perjuangan untuk menikmati hidup. Terus menikmati kebebasan jiwa dalam naungan Sang Illahi walaupun raganya tak bebas lagi. Ketika orang lain menganggap usia 30 tahun adalah usia produktif seseorang, ia justru harus bergumul melawan penyakit yang terbilang langka itu, penyakit yang hanya menyerang 1 diantara 125.000 orang.
Tak sadar dari sudut matanya menetes air mata saat dari channel radio terdengar alunan merdu tembang lawas:

Jauh di dusun yang kecil, disitu rumahku.
Lama sudah kutinggalkan, aku rindu.
Tahun-tahun t'lah berlalu, menambah rinduku.
Nantikan kedatanganku, dusunku.

Ku ingin mengulang lagi, kenangan masa kecilku.

Kenangan hari natal yang bahagia.
Kunyalakan lilin-lilin, kunyalakan lenteraku.
Kenangan natal didusun yang kecil.

Dalam hatinya terucap doa, "Yesusku, aku bersyukur karena Engkau masih memberiku napas hidup hingga detik ini. Keinginan terbesarku dihari kelahiranMu ini adalah diberi kesembuhan, kesembuhan yang membawa kebebasan fisik bagiku yang selama ini terkekang diatas ranjang maupun kursi roda. Namun itu adalah keinginanku sebagai manusia berdosa dan terbatas. Kuyakin bahwa Engkau telah mengetahui semua seruan hatiku dan telah merancangkan masa depan yang indah untukku. Karena itu, biarlah bukan kehendakku melainkan kehendakMu-lah yang terjadi atas hidupku. Jadikan hidupku berguna bagi orang lain dan terus memuliakan Engkau. Buatlah hidupku mekar dan ceria seperti bunga flamboyan itu. Amin."

****

*) Ekam (bhs. Timor) : jenis tumbuhan liar seperti pandan, bunganya berbentuk kerucut dengan tinggi bisa mencapai 2,5 m. Ideal dijadikan pohon natal.

11 comments:

  1. Pither, cerita ini menyayat hati saya. Seolah syukur tak terhingga kepada Tuhab Yesus yg msh berikan napas itu buat kita. Perjalanan hidup memang berat. Tapi semua harus dihadapi. Tetap semangat pither. Saya yakin kamu hadir di dunia untuk menjadi berkat. Hari ini saya mendapatkan berkat luar biasa dr tulisan ini. Kita baru selesai pa adidas. Kapan2 km bs dtg dnan pa bersama kami ya. Nanti saya jemput. Dr djelas.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih kak. Pingin juga gabung, klo ada jadwal brikut informasikan ya kak, kalo bisa sy pergi. Problemnya sy musti sesuaikan dgn jadwalnya adik yg nnti temani. Merry Christmas untuk kak sekeluarga.

      Delete
  2. Selalu bersyukur....menjadi nyata dalam hidupmu Pither.B bersyukur untuk dikuatkan dan diberkati lewat tulisan ini Pit. Selamat menyambut Natal dan Tahun Baru Pit. Damai sejahtera Kristus melingkupi bu selalu

    ReplyDelete
  3. Replies
    1. Saya tere dari jakarta, salam kenal jg.... 2.5 tahun lalu saya juga jadi pengguna kursi roda krn suatu kecelakaan.

      Delete
    2. Salam kenal Tere. Terima kasih sudah mampir. Mungkin kita bisa berbagi cerita...

      Delete
  4. 2,5 tahun lalu saya dibonceng temenku naik motor, kita berdua jatuh bersama krn salah perhitungan. Saya pikir cuman jatuh biasa saja, krn posisi jatuh terlentang. Pas mau berdiri, punggung saya sakit dan saya tidak bisa merasakan kaki saya. Sakit sekali... Setelah itu saya sadarnya sudah di RS. Mau duduk saja sulit waktu itu terasa lemes. Ternyata setelah di MRI, Saya patah tulang punggung T12-L1, yg menyebabkan kelumpuhan total. Shock jg sich... Apalagi membayangkan tidak bisa jalan dan hrs pakai kursi roda. Saya sempat tidak percaya saat itu. Berjuang untuk duduk, dan mencoba berdiri, Ehh ternyata tidak bisa jg. Malas jg pake kursi roda saat itu, kerjanya tiduran saja. Lama - lama bosan juga. Akhirnya gituuu deh...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau saya, bulan april ini genap 3 thn lumpuh. Penyebabnya virus yg menginveksi tulang belakang, dari tulang ekor sampai thoracal 6-7. Jadinya bagian bawah tubuh saya mulai dari dada sampai kaki mati rasa dan tidak bisa digerakkan. Baca lengkap tentang perjuangan hidup saya di sini:
      http://pitherpung.blogspot.com/2012/06/perjuangan-hidup-dan-apa-yang-kurasakan.html?m=1
      Kadang jenuh juga tapi terus berusaha untuk tetap semangat. Tere akun Facebook-nya nama siapa? Senang bisa sharing dengan Tere. Gbu

      Delete
  5. Alamat FB mu apa? Aq add dari FB ku aza

    ReplyDelete